KOTA Bandung (kotamadya) adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota ini pada zaman dahulu dikenal sebagaiParis van Java (bahasa Belanda) atau “Paris dari Jawa“.
Karena terletak di dataran tinggi, Bandung dikenal sebagai tempat yang
berhawa sejuk. Hal ini menjadikan Bandung sebagai salah satu kota tujuan
wisata. Sedangkan keberadaan perguruan tinggi negeri dan banyak
perguruan tinggi swasta di Bandung membuat kota ini dikenal sebagai
salah satu kota pelajar di Indonesia. (Wikipedia).
Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten
Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah
Kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar
pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama tumenggung
Wiraangunangun. Beliau memerintah Kabupaten bandung hingga tahun 1681.
Semula Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot)
kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Bandung sekarang.
Ketika kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, yakni R.A
Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki “Dalem Kaum I”, kekuasaan
di Nusantara beralih dari Kompeni ke Pemerintahan hindia Belanda, dengan
gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811).
Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun
Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke
Panarukan di ujung timur Jawa timur (kira-kira 1000 km). Pembangunan
jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati
daerah masing-masing.
Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya pos
mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan
memperlebar jalan yang telah ada. Di daearh Bandung sekarang, jalan raya
itu adalah Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Asia Afrika – Jalan A. Yani,
berlanjut ke Sumedang dan seterusnya.
Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah
kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal
25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk
memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan
Andawadak (Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos.
Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar,
bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten
Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis
bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa
hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan
Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang).
Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis
sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah
Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.
Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, bupati beserta sejumlah
rakyatnya pindah dari Krapyak mendekali lahan bakal ibukota baru.
Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian
pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon
Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang).

Dengan kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (the
founding father) kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota
baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.
(bandung.go.id).
Sejarah Penting
- 1488 – Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran.
- 1799 – VOC mengalami kebangkrutan sehingga wilayah kekuasaannya di Nusantara diambilalih oleh pemerintah Belanda. Saat itu Bandung dipimpin oleh Bupati R.A. Wiranatakusumah II.
- 1808 – Belanda mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Nusantara setelah ditinggalkan VOC.
- 1809 – Bupati memerintahkan pemindahan ibu kota dari Karapyak ke daerah pinggiran Sungai Cikapundung (alun-alun sekarang) yang waktu itu masih hutan tapi sudah ada permukiman di sebelah utara.
- 1810 – Daendels menancapkan tongkat di pinggir sungai Cikapundung yang berseberangan dengan alun-alun sekarang. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” (Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!”). Sekarang tempat itu menjadi titik pusat atau KM 0 kota Bandung.
- 25 Mei 1810 – Daendels meminta bupati Bandung dan Parakanmuncang memindahkan ibukota ke wilayah tersebut.
- 25 September 1810 – Daendels mengeluarkan surat keputusan pindahnya ibu kota Bandung dan sekaligus pengangkatan Raden Suria sebagai Patih Parakanmuncang. Sejak peristiwa tersebut 25 September dijadikan sebagai hari jadi kota Bandung dan R.A. Wiranatakusumah sebagai the founding father. Sekarang nama tersebut diabadikan menggantikan jalan Cipaganti, di mana wilayah ini menjadi rumah tinggal bupati sewaktu ibu kota berpindah ke alun-alun sekarang.
- 24 Maret 1946 – Pembumi hangusan Bandung oleh para pejuang kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan ‘Bandung Lautan Api‘ dan diabadikan dalam lagu “Halo-Halo Bandung“.
- 1955 – Konferensi Asia-Afrika diadakan di sini.
- 2005 – KTT Asia-Afrika 2005
Geografi

Kota Bandung terletak pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level),
dengan di daerah utara pada umumnya lebih tinggi daripada di bagian
selatan. Ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 msl, sedangkan di
bagian selatan adalah ±675 msl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan,
sehingga Bandung merupakan suatu cekungan (Bandung Basin).
Melalui Kota Bandung mengalir sungai utama seperti Sungai Cikapundung
dan Sungai Citarum serta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir
ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum, dengan kondisi yang
demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir.
Daftar Walikota
- E.A. Maurenbrecher (1906-1907)
- R.E. Krijboom (1907-1908)
- J.A. van Der Ent (1909-1910)
- J.J. Verwijk (1910-1912)
- C.C.B. van Vlenier (1912-1913) dan B. van Bijveld (1913-1920)
- B. Coops (1920-1921)
- S.A. Reitsma (1921-1928)
- B. Coops (1928-1934)
- Ir. J.E.A. van Volsogen Kuhr (1934-1936)
- Mr. J.M. Wesselink (1936-1942)
- N. Beets (1942-1945)
- R.A. Atmadinata (1945-1946)
- R. Sjamsurizal
- Ir. Ukar Bratakusumah (1946-1949)
- R. Enoch (1949-1956)
- R. Priatna Kusumah (1956-1966)
- R. Didi Djukardi (1966-1968)
- R. Hidayat Sukarmadidjaja (1968-1971)
- R. Otje Djundjunan (1971-1976)
- H. Utju Djoenaedi (1976-1978)
- R. Husein Wangsaatmadja (1978-1983)
- H. Ateng Wahyudi (1983-1993)
- H. Wahyu Hamidjaja (1993-1998)
- H. Aa Tarmana (1998-2004)
- H. Dada Rosada, SH, MSi (2004-2008)
- H. Dada Rosada, SH, MSi (2008-2013)
- Ridwan Kamil (2013-2018)
PENDUDUK

Jumlah warga negara asing menurut catatan Kantor Imigrasi Bandung yang
berdiam tetap di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 2.511
orang, sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam sementara di
Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 5.849 jiwa.
Dari Program Pemerintah dalam hal mengurangi kepadatan penduduk yang
tinggi khususnya di Kota Bandung telah dilaksanakan Program Transmigrasi
ke luar Pulau Jawa dengan jenis transmigrasi terbesar adalah
Transmigrasi TU sebanyak 76 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa sebesar
86, sedangkan daerah tujuan Transmigrasi TU adalah Propinsi Riau dan
Kalimantan tengah.
Dalam hal membuka kesempatan kerja yang ada pada Bursa Kesempatan Kerja
jumlah kesempatan yang paling tinggi adalah dari lulusan SMU. Nampaknya
dalam hal ini Pemerintah tetap harus bekerja keras dalam penyediaan
lapangan pekerjaan, selain lowongan yang ada terus diciptakan dan
kualitas sumber daya manusia juga harus ditingkatkan. (bandung.go.id).
Transportasi

Bandung memiliki sebuah bandara internasional, Bandara Husein
Sastranegara yang menghubungkan Bandung dengan kota-kota lainnya di
Indonesia, Singapore dan Kuala Lumpur di Malaysia.
Bandung juga mempunyai dua stasiun kereta api, yaitu Stasiun Bandung
yang melayani rute Bandung-Jakarta (Gambir), Surabaya dan Semarang
setiap harinya untuk kelas Bisnis dan Eksekutif dan Stasiun Kiaracondong
untuk Kelas Ekonomi.
Jembatan Pasupati menghubungkan bagian utara dan timur Bandung melewati
lembah Cikapundung. Panjangnya 2,8 km dan lebarnya 30-60 m. Pada 25 Juni
2005 jembatan ini resmi dibuka. Jembatan ini rencananya akan menjadi land mark kota Bandung yang baru.
Jalan tol Padaleunyi menghubungkan Padalarang, Cimahi, Bandung sebelah
selatan dan Cileunyi. Selanjutnya jalan tol yang menghubungkan
Padalarang dan Purwakarta (Cipularang) sudah dibangun, digabungkan
dengan Padaleunyi dan dinamai Purbaleunyi. Jalan tersebut mempersingkat
perjalanan antara Bandung dan Jakarta. Dengan adanya jalur ini, waktu
tempuh Jakarta-Bandung hanya 1,5 jam sampai dengan 2 jam
Jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan Soreang-Pasir Koja juga sedang dipertimbangkan untuk dibangun.
(TMB\Trans Metro Bandung) Jika Bus Way Di Jakarta, Jika TMB di Bandung
Pemerintah kota akan merencanakan pembangunan TMB dengan jurusan
CIBIRU-CIBEUREUM. Pemerintah kota Bandung tinggal menunggu izin dari
pemerintah pusat. TMB melintasi jalan Soekarna-Hatta\Dari ujung timur ke
ujung barat kota Bandung. (Sumber: id.wikipedia.org).*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar